Pantun melayu – Suku Melayu (bahasa Melayu: Melayu; Jawi: ملايو) merupakan sebuah kelompok etnis dari orang-orang Austronesia terutama yang mediami Semenanjung Malaya, seluruh Sumatra, bagian selatan Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir termasuk didalamnya Brunei, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sarawak dan Sabah pesisir, Filipina bagian barat dan selatan, dan pulau-pulau kecil yang terletak antara lokasi ini — yang secara kolektif dikenal sebagai “Dunia Melayu”. [1]
Bahasa yang digunakan oleh suku atau etnis melayu adalah bahasa melayu. Bahasa Melayu (Jawi/Jawöe/Melayu: بهاس ملايو) bahasa yang mencakup sejumlah bahasa yang saling bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan di Semenanjung Melayu. [2]
Bahasa melayu banyak sekali yang dijadikan sebuah karya sastra yang biasa terkenal dengan pantun melayu. Pantun melayu yang terkenal adalah yang berasal dari riau biasa orang menyebutnya pantun melayu riau. Sebenarnya pantun melayu banyak jenisnya, dimulai dari pantun melayu untuk pembuka acara, selamat datang, lucu, cinta dan jenaka.
Berikut infastpedia akan menyajikan contoh pantun melayu yang bisa menjadi referensi Anda. Yuk langsung saja kita simak!
Daftar Isi
Pantun Melayu
Wahai adinda peliharalah amanah
Tunjuk ajarnya engkau telaah
Ambil oleh mu mana yang berfaedah
Supaya hidupmu tidak menyalah
Hikayat berbilang di negeri junjungan
Jadi menjalin zaman berzaman
Mari mantapkan dunia pendidikan
Semoga Riau memperoleh kemajuan
Besarlah buah kelopak gading
Dikenal tandan beri bertali
Besarlah tua duduk bersanding
Mufakat dapat kerja menjadi
Apa tanda hidup beriman
Mufakat dulu sebelum berjalan
Putus kata usai berunding
Disitu janji kita tegakkan
Apa tanda melayu bertuah
Duduk tegaknya bermusyawarah
Apa tanda melayu beradat
Hidup didalam musyawarah mufakat.
Putri raja berkerudung kelingkan
Sungguh indah dan menyenangkan
Anugerah baiduri telah diberikan
Karya-karya besar selalu kita nantikan
Tuanku tambusai harimau Rokan
Gurindam 12 raja alihaji
Mari beriring kita berjalan
Menuju negeri yang diimpikan
Jembatan Siak Tinggi menjulang
Jadi Penghubung Sungai Siak Jantan
Mana yang baik bawalah pulang
Yang kurang baik mohon ditinggalkan
Dibawa orang ke Tanjung Jati
Budimu tuan saya terima
Sudah terlekat di dalam hati
Terpahat kukuh hingga ke mati
Adat menyuluh sarang lebah
Kalau berisi tidak bersambang
Adat penuh tidak melimpah
Kalau berisi tidaklah kurang
Padat tembaga jangan dituang
Kalau dituang melepuh jari
Adat lembaga jangan dibuang
Kalau dibuang binasa negeri
Lebat kayu pantang ditebang
Sudah berbuah lalu berdaun
Adat Melayu pantang dibuang
Sudah pusaka turun-temurun
Patah lancang kita sadaikan
Supaya sampan tidak melintang
Petuah orang kita sampaikan
Supaya badan tidak berhutang
Burung punai memakan saga
Saga merah besar batangnya
Rukun dan damai di rumah tangga
Amal ibadat jadi tiangnya
Encik Mamat membelah bambu
Bambu berjalin rotan saga
Baiklah hormat kepada ibu
Supaya terjamin masuk surga
Kalau ada selasih dulang
Kami menumpang ke Jawa saja
Buah hati kekasih orang
Kami menumpang ketawa saja
Hilang kemana bintang kartika
Tidak nampak di awan lagi
Hilang kemana adik seketika
Tidak nampak berjalan lagi
Pisang serendah masaknya hijau
Ditunggu layu tak mau layu
Tinggi rendah mata meninjau
Ditunggu lalu tak mau lalu
Elok-elok menunggang kuda
Tebing bertarah tanahnya licin
Elok-elok berbini muda
Nasi hangus gulainya masin
Gunting Cina ada pasaknya
Gunting Siantan apa besinya
Bunting betina ada anaknya
Bunting jantan apa isinya
Pulang mengail membawa sepat
Sepat dijual orang Melaka
Makan di laut muntah di darat
Kalau tahu cobalah terka
Sayang Serawak sungailah sempit
Buah rengas lambung-lambungan
Hendak dibawa perahuku sempit
Tinggal emas tinggallah junjungan
Kalau meletus Gunung Sibayak
Alamat Medan menjadi abu
Angin berhembus layarku koyak
Pulau yang mana hendak dituju
Lumba-lumba main gelombang
Riaknya sampai ke Indragiri
Coba-coba menanam mumbang
Kalau tumbuh tuah negeri
Rumpun buluh dibuat pagar
Cucuk cempedak dengan lidi
Dengan pantun saya belajar
Saya budak belum mengerti
Wau lah wau bulan
Wau bulan teraju tiga
Mari adik marilah kawan
Kita cuba beradu laga
Minta daun diberi daun
Dalam daun buah kelapa
Minta pantun dibalas pantun
Dalam pantun ada bicara
Orang masak pakai kuali
Membawa pelita semuanya
Berbisik si pekak dengan si tuli
Tertawa si buta melihatnya
Tali pandan kembar empat
Dicincang jadi berderai-derai
Berkelahi ketan dengan ketupat
Pisang goreng datang melerai
Tampak musang lari berlari
Mengejar ayam beriring-iring
Pisang goreng tegak menari
Tersenyum melihat ketan di piring
Cina gemuk membuka kedai
Menjual ember dengan pasu
Bertepuk tangan adikku pandai
Boleh diupah air susu
Ambil segulung rotan saga
Sudah diambil mari diurut
Duduk termenung harimau tua
Melihat kambing mencabut janggut
Gemuruh tabuh bukan kepalang
Diasah lembing berkilat-kilat
Gemetar tubuh harimau belang
Nampak kambing pandai bersilat
Elok rupa pohon belimbing
Tumbuh dekat limau lungga
Elok berbini orang sumbing
Walau marah ketawa juga
Hendak berlayar ke Pulau Pangkor
Berjumpa perahu di biduknya
Jika tidak misai dicukur
Lubang hidung dirodoknya
Tudung saji hanyut terapung
Disulam cantik dengan benang
Hajat hati nak pulang kampung
Sayang sekali tak pandai berenang
Sirih kasih di pucuk pauh
Kuntum melati sukar digubah
Jika sekarang bercerai jauh
Di dalam hati janganlah berubah
Pulau Tinggi terandak Cina
Tampak dari Pasir Seribu
Abang pergi janganlah lama
Tidak kuasa menanggung rindu
Asam pauh dari seberang
Tumbuhnya dekat tepi tebat
Badan jauh di rantau orang
Sakit siapa yang akan mengobat
Pucuk pauh selara pauh
Sembilu ledung-ledungkan
Adik jauh kakanda pun jauh
Kalau rindu sama menungkan
Di pucuk nangka tersangkut layang-layang
Pucuk pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak dikenang-kenang
Pucuk dicinta kekasih hati
Di kiri jalan di kanan pun jalan
Tengah-tengah pohon mengkudu
Dikirim jangan dipesan pun jangan
Sama-sama menanggung rindu
Hendak gugur, gugurlah nangka
Jangan menimpa ranting pauh
Hendak tidur, tidurlah mata
Jangan mengenang orang yang jauh
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam di gunung ikan di laut
Dalam belanga bertemu juga
Buah kurma berlambak-lambak
Dimakan orang pagi dan petang
Bagai kerja menolak ombak
Makin ditolak semakin datang
Anak Madras menggetah punai
Punai terbang mengirap bulu
Betapa dera arus di sungai
Ditolak pasang balik ke hulu
Kayu tempinis dari kuala
Dibawa orang pergi ke Melaka
Betapa manis rasanya nira
Disimpan lama menjadi cuka
Satu dua tiga enam
Satu enam jadi tujuh
Buah delima yang ditanam
Buah berangan hanya tumbuh
Anak Batak mudik bergalah
Diketip nyamuk habis lebam
Bukan retak mencari belah
Sukat dihempas remuk redam
Jika masak pisang setandan
Mari simpan dalam kereta
Jika ada tuah di badan
Kaca dipegang jadi permata
Tanam padi di sawah bendang
Menanti masuk bilangan tahun
Jika pandai menjadi orang
Rezeki secupak makan setahun
Orang Daik balik ke Daik
Langsung menghadap si Raja Muda
Kalau tak dapat tukang yang baik
Emas sembilan menjadi tembaga
Kalau pergi tuan ke ladang
Banyak tupai di atas pokok
Kalau hari memang lah siang
Tidak menanti ayam berkokok
Cik Mahayu memakai subang
Subang bertatah permata intan
Kalau nak tahu menjinakkan kumbang
Taburkan bunga di tengah halaman
Batang betik di tepi pagar
Buah rambutan merah berseri
Orang baik tak payah diajar
Bagaikan duri tajam sendiri
Orang Batak bermain pedang
Sedikit tak gentar, sedikit tak gerun
Saya umpama katak di padang
Penat berkotor hujan tak turun
Pandai berenang ikan siakap
Berenang bermain dalam perigi
Sirih pinang sirih kerakap
Boleh dibuat penawar jampi
Laksamana pergi memikat
Dapat seekor anak balam
Sungguh kecil sampan pukat
Berani berlayar lautan dalam
Buah durian dari hulu
Pokoknya banyak di kebun Cik Amin
Tak tahukah tuan semenjak dahulu
Dalam gula racun bermain
Disangka nenas di tengah padang
Rupanya urat jawi-jawi
Disangka panas hingga petang
Rupanya hujan di tengah hari
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Jauh sungguh pergi mandi
Maksud hati hendak bertapa
Berat sungguh menanggung budi
Seribu tahun memang tak lupa
Anak beruk di tepi pantai
Pandai melompat pandai berlari
Biar buruk kain dipakai
Asal hidup pandai berbudi
Bila memandang ke muka laut
Nampaklah sampan mudik ke hulu
Bila terkenang mulut menyebut
Budi yang baik ingat selalu
Baju bercorak tiada berpita
Pakaian anak Panglima Garang
Emas dan perak pengaruh dunia
Budi yang baik dijunjung orang
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air asin
Hilang mahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Sedap sungguh buah nenas
Buat makan buka puasa
Jangan dipandang perak dan emas
Tapis dahulu budi bahasa
Kapal berlayar dari Asahan
Ambil parang dari kemudi
Mati ikan karena umpan
Mati orang karena budi
Payah kami bertanam padi
Nenas jugalah ditanam orang
Payah kami menabur budi
Emas juga yang dipandang orang
Semenjak kentang dijadi gulai
Ubi tidak bersama lagi
Semenjak uang jadi pemakai
Budi jarang berguna lagi
Yang kurik hanya kundi
Yang marah hanya saga
Yang baik hanya budi
Yang indah hanya bahasa
Biarlah orang bertanam buluh
Kita bertanam padi juga
Biarlah orang bertanam musuh
Kita bertanam budi juga
Baik-baik makan keladi
Keladi itu ada miangnya
Baik-baik termakan budi
Budi itu ada hutangnya
Kalau makan keladi muyang
Jangan lupa pada bungkalnya
Kalau termakan budi orang
Jangan lupa pada asalnya
Apalah tanda batang keladi
Batang keladi di tanah isinya
Apalah tanda orang berbudi
Orang berbudi rendah hatinya
Sungguh indah bunga melati
Warna putih harum mewangi
Terasa indah tentram di hati
Meraih Prestasi Harumkan Negeri
Hidup mulia bukan emas dan permata
Hidup mulia dengan jujur dalam berkata
Mari selamatkan generasi bangsa
Generasi yang bebas dari Narkoba
Jalan-jalan ke Taluk Kuantan
Melihat budaya Pacu Jalur
Penegakan supermasi Hukum Kita Laksanakan
Semoga Riau semakin makmur
Anak negeri mari berkarya
Laki-laki Perempuan janganlah dibeda
Mari bersatu majukan bangsa
Wujudkan masyarakat yang sejahtera
Lancang kuning negerinya Riau
Alamnya indah rakyatnya ramah
Jika pariwisata Riau maju dan mengkilau
Rejeki pun turun melimpah ruah
Siapa tahu mensyukuri nikmat
Dunia akhirat beroleh rahmat
Siapa tahu mensyukuri nikmat
Hidup matinya takkan melarat
Sungguh banyak jajaran pulau
Pulau Bintan tanahnya merah
Bahasa indonesia berasal dari Melayu Riau
Janganlah kita melupakan sejarah
Naik rakit dengan panglima
Hendak berburu kehutan bakau
Marilah bangkit bersama-sama
Untuk memajukan Provinsi Riau
Elok jati karena dipahat
Molek nian dijadikan pintu
Elok negeri karena sepakat
Pemimpin bekerja bahu membahu
Kayu cendana dijadikan pintu
Cantik terlihat dipandang mata
Kita bekerja bahu membahu
Jadikan rakyat hidup sejahtera
Asam paya dalam belanga
Dimakan putri diwaktu senja
Apa tanda negeri yang jaya
Adat budaya jadi objek wisata
Asam paya dalam belanga
Dimakan putri diwaktu senja
Kalau ingin Riau berjaya
Mari kita bangun bersama-sama
Lancang Kuning negerinya Riau
Alamnya indah rakyatnya ramah
Jika Pariwisata Riau maju dan mengkilau
Rezekipun turun berlimpah ruah
Hikayat berbilang di negeri junjungan
Jadi ingatan zaman berzaman
Mari mantapkan dunia pendidikan
Semoga Riau memperoleh kemajuan
Iman dihati harus terus berkobar
Itu tandanya orang beriman
Dengan majlis zikir dan tabligh akbar
Sebagai bekal akhirat pembawa kebahagiaan
Asam paya dalam belanga
Dimakan putri diwaktu senja
Apa tanda negeri yang jaya
Adat budaya jadi objek wisata
Lancang Kuning negerinya Riau
Alamnya indah rakyatnya ramah
Jika pariwisata Riau maju dan mengkilau
Rezekipun turun berlimpah ruah
Husein Haji wukuf di Arafah
Setelah wukuf lalu melontar
Walaupun senantiasa mengagungkan Allah
Syiar Islam terus terpancar
Tanjung Katung airnya biru
Tempat orang bermandi ria
Duduk sekampung lagukan rindu
Apalah pula jauh di mata
Pantun Melayu Riau
Dari kecil dan cencilak padi
Sudah besar cencilak padang
dari kecil nak duduk mengaji
sesudah besar tegak sembahyang
Pucuk dedap nak selara dedap
sudah betangkai setapa jari
duduklah anak membaca kitab
sesudah pandai tegak sendiri
Apa berdebuk seberang pekan
Buli-buli nak kena jerat
Buah yang mabuk jangan dimakan
Batang berduri jangan dipanjat
Pandai pandai bila menari
orang banyak kan menggantikan
pandai pandai nak menjaga diri
lobang banyak di tengah jalan
Sudah banyak orang menangguk
menangguk buaya tak ada gunanya
sungguh banyak orang nan mabuk
mabuk dunia nak tak ada gunanya
Kalau bergalah cepatlah cepat
supaya sampan tidak bersakat
kalau bersalah cepatlah tobat
supaya badan nak tidak melarat
Jangan suka meratah kerang
kerang di panci menelan cuka
jangan suka memfitnah orang
orang benci tuhanpun murka
Jangan suka nak merapah pagar
merapah pagar kaki terpuruk
jangan suka nak berkata kasar
berkata kasar budinya buruk
jangan suka menetak rebung
rebung itu banyak biluhnya
jangan suka berlagak sombong
sombong itu banyak musuhnya
Jangan suka mematahkan parang
Tangan terluka gagangnya rusak
jangan suka menyusahkan orang
Tuhan murka orangpun kemak
Pantun Melayu Klasik
Contoh pantun yang selanjutnya adalah pantun melayu klasik. Yuk langsung kita simak!
Sirih berlipat sirih pinang
Sirih dari Pulau Mutiara
Pemanis kata selamat datang
Awal Bismillah pembuka bicara
Tetak buluh panjang suluh
Mari jolok sarang penyengat
Angkat doa jari sepuluh
Doa minta biar selamat
Tuailah padi antara masak
Esok jangan layu-layuan
Intailah kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan
Hendak dulang diberi dulang
Dulang berisi sagu mentah
Hendak pulang ku beri pulang
Tinggalkan pantun barang sepatah
Lancang kuning lancang pusaka
Nampak dari Tanjung Puan
Kalau kering laut Melaka
Barulah saya lupakan tuan
Asam kandis mari dihiris
Manis sekali rasa isinya
Dilihat manis dipandang manis
Lebih manis hati budinya
Ayam hutan terbang ke hutan
Tali tersangkut pagar berduri
Adik bukan saudara bukan
Hati tersangkut kerana budi
Ayam rintik di pinggir hutan
Nampak dari tepi telaga
Nama yang baik jadi ingatan
Seribu tahun terkenang juga
Bila memandang ke muka laut
Nampak sampan mudik ke hulu
Bila terkenang mulut menyebut
Budi yang baik ingat selalu
Burung Serindit terbang melayang
Mari hinggap di ranting mati
Bukan ringgit dipandang orang
Budi bahasa rangkaian hati
Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di pohon kayu
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah adat pusaka Melayu
Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di rumpun buluh
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah menyusun jari sepuluh
Laksamana berempat di atas pentas
Cukup berlima dengan gurunya
Bagaikan dakwat dengan kertas
Sudah berjumpa dengan jodohnya
Membeli papan di tengah pekan
Papan kecil dibuat tangkal
Mengapa umpan ikan tak makan
Adakah kail panjang sejengkal
Rumah limas anjung Selatan
Bunga kemuning tumbuh di laman
Tangkainya emas bunganya intan
Bolehkah ranting hamba patahkan
Tumbuh betik di tepi laman
Pokok berangan pokok teruntum
Sungguh cantik bunga di taman
Bolehkah gerangan petik sekuntum
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
Baik-baik menanam selasih
Jangan menimpa sipohon sena
Baik-baik memilih kekasih
Jangan sampai badan merana
Baik-baik mengail tenggiri
Takut terkena siikan parang
Baik-baik merendah diri
Jangan menjadi hamba orang
Bintang tujuh sinar berseri
Bulan purnama datang menerpa
Ajaran guru hendak dicari
Mana yang dapat janganlah lupa
Buah mangga melendur tinggi
Buah kuini berangkai tiga
Hidup kita tidur dan mati
Sudah mati baru terjaga
Buat bangsal di Pulau Daik
Menahan taut sambil mengilau
Kalau asal benih yang baik
Jatuh ke laut menjadi pulau
Budak-budak bermain tombak
Tombak diikat dengan rantai
Kalau takut dilambung ombak
Jangan berumah di tepi pantai
Halia ini tanam-tanaman
Ke barat juga akan condongnya
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat juga akan sungguhnya
Hari panas mencucuk benang
Benang menjahit baju kebaya
Air jernih lubuknya tenang
Jangan disangka tiada buaya
Kalau tahu peria tu pahit
Tidak ku gulai dengan petola
Kalau tahu bercinta tu sakit
Tidak ku mulai dari semula
Kalau tuan pergi ke Kelang
Belikan saya semangkuk rojak
Jangan diturut resmi kiambang
Sungguhpun hijau akar tak jejak
Pisang kelat digonggong helang
Jatuh ke lubuk di Indragiri
Jika berdagang di rantau orang
Baik-baik menjaga diri
Asap api embun berderai
Patah galah haluan perahu
Niat hati tak mahu bercerai
Kehendak Allah siapa yang tahu
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belumlah teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belumlah sembuh
Anak punai anak merbah
Hinggap ditonggak mencari sarang
Anak sungai lagikan berubah
Inikan pula hati orang
Apa guna pasang pelita
Jika tidak dengan sumbunya
Apa guna bermain kata
Kalau tidak dengan sungguhnya
Buah kuini jatuh tercampak
Jatuh menimpa bunga selasih
Biar bertahun dilambung ombak
Tidak ku lupa pada yang kasih
Kajang tuan kajang berlipat
Kajang hamba mengkuang layu
Dagang tuan dagang bertempat
Dagang hamba terbuang lalu
Buah jambu disangka kandis
Kandis ada di dalam cawan
Gula madu disangka manis
manis lagi senyuman tuan
Dari Arab turun ke Aceh
Naik ke Jawa berkebun serai
Apa diharap pada yang kasih
Badan dan nyawa lagi bercerai
Bunga Melati terapung-apung
Bunga rampai di dalam puan
Rindu hati tidak tertanggung
Bilakah dapat berjumpa tuan
Burung Merak terbang ke laut
Sampai ke laut mengangkut sarang
Sedangkan bah kapal tak hanyut
Inikan pula kemarau panjang
Bunga Melur kembang sekaki
Mari dibungkus dengan kertas
Di dalam telur lagi dinanti
Inikan pula sudah menetas
Dalam perlak ada kebun
Dalam kebun ada tanaman
Dalam gelak ada pantun
Dalam pantun ada mainan
Dari Jawa ke Bengkahulu
Membeli keris di Inderagiri
Kawan ketawa ramai selalu
Kawan menangis seorang diri
Dari teluk pergi pangkalan
Bermain di bawah pohon kepayang
Saya umpama habuk di papan
Ditiup angin terbang melayang
Daun selalsih di Teluk Dalam
Batang kapas Lubuk Tempurung
Saya umpama si burung balam
Mata terlepas badan terkurung
Orang Melayu naik perahu
Sedang berdayung hujan gerimis
Hancur hatiku abang tak tahu
Mulut tertawa hati menangis
Orang tani mengambil nipah
Hendak dibawa ke Indragiri
Seluruh alam ku cari sudah
Belum bersua pilihan hati
Pasir putih di pinggir kali
Pekan menyabung ayam berlaga
Kasih tak boleh dijual beli
Bukannya benda buat berniaga
Ribu-ribu pokok mengkudu
Cincin permata jatuh ke ruang
Kalau rindu sebut namaku
Airmata mu jangan dibuang
Kalau roboh kota Melaka
Sayang selasih di dalam puan
Kalau sungguh bagai dikata
Rasa nak mati di pangkuan tuan
Limau purut lebat di pangkal
Batang mengkudu condong uratnya
Hujan ribut dapat ditangkal
Hati yang rindu apa ubatnya
Kalau menyanyi perlahan-lahan
Dibawa angin terdengar jauh
Rindu di hati tidak tertahan
Di dalam air badan berpeluh
Ku sangka nanas atas permatang
Rupanya durian tajam berduri
Ku sangka panas hingga ke petang
Rupanya hujan di tengahari
Kayuh perahu sampai seberang
Singgah bermalam di kampung hulu
Bukan tak tahu dunia sekarang
Gaharu dibakar kemenyan berbau
lembing atas tangga
perisai atas busut
kening atas mata
misai atas mulut
anak ikan dipanggang sahaja
hendak dipindang tidak berkunyit
anak orang dipandang sahaja
hendak dipinang tiada berduit
saya tak hendak berlesung pauh
lesung pauh membuang padi
saya tak hendak bersahabat jauh
sahabat jauh merisau hati
burung serindit terbang melayang
singgah dihinggap di ranting mati
duit ringgit dipandang orang
jarang dipandang bahasa budi
batu sangkar batu berpahat
terpahat nama raja bestari
makanan arif, kias ibarat
pantun seloka, ulam jauhari
daun durian jatuh tercampak
lopak-lopak isi selasih
tujuh tahun dilambung ombak
tiada kulupa hati yang kasih
Anak Cik Siti mencari tuba
Tuba dicari di Tanjung Jati
Di dalam hati tidakkan lupa
Bagai rambut tersimpul mati
Limau purut di luar pagar
Rimbun putik dengan bunganya
Hujan ribut padang terbakar
Embun setitik padam apinya
Puas saya bertanam ubi
Nanas jugak dipandang orang
Puas saya menabur budi
Emas juga dipandang orang
Tenang-tenang air di laut
Sampan kolek mudik ke tanjung
Hati terkenang mulut menyebut
rindu kini tiada penghujung
Tinggi-tinggi pohon jati
Tempat bermain simanja sayang
Sungguh tinggi harga budi
Budi dibalas kasih dan sayang
Bunga Tanjung kembang semalam
Pohon tinggi tidak berduri
Gelombang besar di laut dalam
Kerana Tuan saya kemari
Burung merpati terbang seribu
Hinggap seekor di tengah laman
Hendak mati di hujung kuku
Hendak berkubur di tapak tangan
Dari mana hendak ke mana
Tinggi rumput dari padi
Hari mana bulan mana
Dapat kita berjumpa lagi
Padi ini semumba-mumba
Daun kurma daun cempedak
Macam mana hati tak hiba
Entah bertemu entah tidak
Permata jatuh ke rumput
Jatuh ke rumput berbilang-bilang
Dari mata tidakkan luput
Dalam hati tidakkan hilang
Akar keladi melilit selasih
Selasih tumbuh di hujung taman
Kalungan budi jujungan kasih
Mesra kenangan sepanjang zaman
Ayam rintik di pinggir hutan
Nampak dari tepi telaga
Nama yang baik jadi ingatan
Seribu tahun terkenang juga
Anak beruk di tepi pantai
Pandai melompat pandai berlari
Biar buruk kain dipakai
Asal hidup pandai berbudi
Kiri jalan kanan pun jalan
Tengah-tengah pohon mengkudu
Kirim jangan pesan pun jangan
Sama-sama menanggung rindu
Mendung si mega mendung
Mendung datang dari utara
Jangan selalu duduk termenung
Kalau termenung badan merana
Pohon mengkudu tumbuhnya rapat
Rapat lagi pohon jati
Kawan beribu mudah didapat
Sahabat setia payah dicari
Pokok terap tumbuh di bukit
Belat berbanjar panjang ke hulu
Jangan diharap guruh di langit
Kilat memancar hujan tak lalu
Sampan kotak hilir mudik
Dayung patah galah sebatang
Ikhtiar tidak datang menggolek
Akal tidak datang melayang
Siti Wan Kembang perintah Kelantan
Nama termasyhur zaman dahulu
Baik-baik memilih intan
Takut terkena kaca dan batu
Buah langsat kuning mencelah
Senduduk tidak berbunga lagi
Sudah dapat gading bertuah
Tanduk tidak berguna lagi
Dua paya satu perigi
Seekor bujuk anak haruan
Tuan di sana
saya di sini
Bagai pungguk rindukan bulan
Gesek rebab petik kecapi
Burung tempua membuat sarang
Apa sebab jadi begini
Karam berdua basah seorang ?
Hendak gugur gugurlah nangka
Jangan menimpa putik pauh
Hendak tidur tidurlah mata
Jangan mengenang si dia yang jauh
Kain batik negeri seberang
Dipakai anak Tanah Melayu
Apa ertinya kasih dan sayang
Kalaulah abang berjanji palsu
Pantai Cendering pasirnya putih
Anak dagang berulang mandi
Apa disesal orang tak kasih
Sudah suratan diri sendiri
Disana pauh di sini pun pauh
Daun mengkudu ditandungkan
Adinda jauh kekanda jauh
Kalau rindu sama tanggungkan
Pulau Tinggi terendak Cina
Nampak dari Pulau Sibu
Abang pergi janganlah lama
Tidak kuasa menanggung rindu
Putik pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Tuan jauh di negri satu
Hilang di mata di hati jangan
Pantun Melayu Lucu
Hari senja semakin sayu
Siput berjalan bawa cangkang
Mengapa abang berhenti merayu
Rupanya si istri ada di belakang
Makin malam makinlah hening
Belalang tidur di ujung tangkai
Bagaimana kepala istri menjadi pening
Bau badan suami seperti bangkai
Badan siapa terkena kudis
Obati saja dengan lada
Siang malam merayu gadis
Duduk bersanding bersama janda
Lada bukan sembarang lada
Lada Bangka selalu dibawa
Janda bukan sembarang janda
Biar janda usianya kepala dua
Pulau Bangka penghasil lada
Kebunnya luas senang tak reda
Senang memang menikahi janda
Apalagi jandanya masih muda
Alangkah indah baju direnda
Dibeli oleh penawar pertama
Mana ada janda usia muda
Apalagi anaknya ‘dah lima
Kereta berjalan di atas roda
Angin berhembus jendela terbuka
Sudah dapat istri janda muda
Tapi mengapa masih berduka
Jalan-jalan naik kereta
Membawa segudang batu bara
Mengapa dia berduka cita
Bibir jandanya monyong tak terkira
Anak melayu memancing bawal
Tersesat lama di dalam gua
Disangka bibir merah sensual
Malah giginya gondrong semua
Pantun Melayu Cinta
Di bawah ini merupakan contoh pantun melayu yang berisikan tentang cinta khusus anda yang sedang dilanda perasaan cinta dan kasih sayang kepada kekasih atau pacar.
Perut lapar ingin makan
Makan enak dengan ikan
Rindu di hati tak tertahankan
Malu sungguh jika diungkapkan
Lebih enak makan tiram
Jangan makan di bawah randu
Orang tenggelam di perahu karam
Hatiku karam di lautan rindu
Kalau duduk di bawah randu
Awas tertusuk oleh durinya
Rindu bukan sembarang rindu
Rindu pada si dia berparas arjuna
Penutup
Demikianlah kumpulan contoh pantun melayu riau tentang cinta, nasehat, dan lucu. Semoga bisa bermanfaat untuk Anda semuanya dan dengan berbalas pantun adat melayu ini, kita bisa menjaga salah satu budaya yang ada di Indoneisa ini. Sekian dan terima Kasih
Referensi
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Melayu
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu