Puisi tentang Pahlawan – Infastpedia.net | Salah satu tema yang banyak dijadikan puisi ialah seputar kepahlawanan. Banyaknya puisi pahlawan ini tak lepas dari sejarah panjang bangsa Indonesia yang merdeka dari tangan penjajah berkat perjuangan para pahlawan.
Puisi seputar pahlawan bisa menceritakan tentang perjuangan mereka dalam melawan penjajahan, gugurnya pahlawan di medan perang, hingga pengorbanan yang dilakukan demi menjalankan tugasnya.
Pahlawan adalah manusia tanpa tanda jasa yang rela mengeluarkan keringat, tenaga, air mata dan darah demi untuk kemerdekaan bangsa dan negara kita yaitu bangsa dan negara Indonesia tercinta.
Dan salah satu bentuk penghargaan terhadap perjuangan para pahlawan yang masih hidup maupun yang telah gugur mendahului kita, bisa kita tuangkan dalam sebuah karysa sastra yang berbentuk puisi.
Daftar Isi
Kumpulan Puisi Pahlawan
Nah bagi teman-teman yang sedang mencari inspirasi, berikut infastpedia sajikan beberapa contoh puisi pahlawan singkat terbaik.
Anak istri yang melepasmu dengan tangis
Sambil menyimpan asa akan kepulanganmu suatu saat nanti
Kau tinggalkan semua harta bendamu
Pergi dengan hanya pakaian di badan
Dan senapan melintang sebagai perlindungan
Kau ikut gerak langkah komandan di depan
Berperang, bergerilya
Tak kenal lelah demi negaraHari demi hari
Minggu demi minggu
Bulan demi bulan
Kau mulai melupakan waktu
Tak lagi peduli kondisi kesehatan
Tak lagi acuh tentang kebersihan badan
Tugas adalah yang utama
Menjaga kedaulatan dan mempertahankan kemerdekaanSemangatmu menggelora
Mengalahkan rasa lapar di perut dan rasa sakit di sekujur badan
Cita-citamu hanya satu: melihat bangsa ini merdeka
Jangan lagi ada penderitaan dan penjajahan
Jangan lagi ada air mata dan takut dalam dada
Perjuanganmu tak kenal lelah
Hingga Tuhan memutuskan yang terbaik untukmu di medan perangDor! Dor! Dor!
Peluru musuh menerjang dari segala sisi
Tubuh kurusmu roboh ke tanah
Perjuanganmu selesai sampai di sini, PahlawankuTapi jangan sedih
Ada bangga tersemat di dada anak-anakmu
Mengetahui sang ayah gugur sebagai pejuang nan pemberani
Kelak namamu tertulis dalam buku sejarah
Terukir di batu nisanmu sebagai kenangan terakhir
Tentang keberanianmu menghadapi musuh
Perjuanganmu selesai di sini, Pahlawanku
Beristirahatlah yang tenang
Biar kami yang lanjutkan
Contoh Puisi tentang Pahlawan
Puisi pahlawan tidak harus menceritakan perjuangan mereka di medan perang, namun juga bisa tentang kehidupan mereka pasca peperangan. Seperti kita tahu, para pahlawan yang tersisa dari masa penjajahan telah mencapai masa tua mereka sekarang. Ada yang tinggal menikmati hidup, namun ada pula yang masih harus berjuang demi sesuap nasi tiap hari.
Rasa miris akan kehidupan pahlawan di era sekarang ini juga bisa diambil sebagai inspirasi penulisan puisi bertema kepahlawanan. Kita bisa mengangkatnya dari sudut pandang kita sendiri atau dari sudut pandang pahlawan itu sendiri. (Ref)
Untuk Pahlawan Negriku
Untuk negriku…
Hancur lebing tulang belulang
Berlumur darah sekujur tubuh
Bermandi keringat penyejuk hatiKu rela demi tanah airku
Sangsaka merah berani
Putih nan suci
Melambai-lambai di tiup angin
Air mata bercucuran sambil menganjungkan do’a
Untuk pahlawan negri
Berpijak berdebu pasir
Berderai kasih hanya untuk pahlawan jagat raya
Hanya jasamu yang bisa ku lihat
Hanya jasamu yang bisa ku kenang
Tubuhmu hancur lebur hilang entah kemana
Demi darahmu…
Demi tulangmu…
Aku perjuangkan negriku
Ini Indonesiaku
Pupus Raga Hilang Nyawa
Napak tilas para pahlawan bangsa
Berkibar dalam syair sang saka
Berkobar dalam puisi indonesia
Untuk meraih Cita-cita merdeka
Napak tilas anak bangsa
Bersatu dalam semangat jiwa
Bergema di jagat nusantara
Untuk meraih prestasi dan karya
Merdeka…
Kata yang penuh dengan makna
Bertahta dalam raga pejuang bangsa
Bermandikan darah dan air mata
Merdeka…
Perjuangan tanpa pamrih untuk republik tercinta
Menggelora di garis khatulistiwa
Memberi kejayaan bangsa sepanjang masa
Merdeka…
Harta yang tak ternilai harganya
Menjadi pemicu pemimpin bangsa
Untuk tampil di Era dunia
Terima kasih pahlawan
Karya: Rayhandi
Karena jasamu kita merdeka
Hidup di ujung barat hingga timur
Tanpa takut dan gugup yang membara
Kau rela mati demi kami
Kau rela miskin demi kami
Kau rela menderita demi kami
Untuk kami kau rela hancur
Berkatmu indonesia bisa merdeka
Mengepak sayap melesat langit
Berkatmu indonesia bisa jaya
Menembus zaman hingga canggih
Tak terbayang jika keberanian itu tak tumbuh di hati kalian
Tak terbayang jika kesabaran itu takmenyertai derita kalian
Tak terbayang jika semangat itu tak membakar bara kalian.
Kami anak muda kami bangsa indonesia
Berterima kasih untuk jasa jasamu para pahlawan
Karena perjuangan yang luar biasa kalian
Indonesia bisa menikmati udara kemerdekaan.
Kami Ingin Merdeka
Pagi ini kami berdiri tegak
di hadapan bendera pusaka
Derap langkah menghentak
sigap maju ke depan
moncong senapan mengarah pada sang ancaman
para penjajah yang datang dengan ketamakan
dengan lantang kusuarakan
bahwa aku putera bangsa
rela mati demi merdeka
darah tertumpah di tanah tak mengapa
asalkan lunas terbayar hutang merdeka
yang kau rebut berabad-abad lamanya
kau bangsa asing durjana
beraninya menginjakkan kaki kotormu
di tanah milik bangsa yang besar ini
kau bangsa asing tak beretika
beraninya mengibarkan benderamu
di tanah kami
tanah yang kami junjung kehormatannya
dan kami perjuangkan kedaulatannya
kau bangsa durjana
dengan tegas kami menolakmu
menjajah negeri kami tercinta
sampai mati
kami akan menuntut kemerdekaan kami
sampai mati
kami akan merebut hak kami
sebagai putera tanah air kami
Contoh Puisi Pahlawan Indonesia
Ada banyak tema yang bisa diangkat untuk menulis puisi pahlawan ini. Tidak perlu terlalu berat karena nyatanya puisi bisa ditulis berdasarkan pengalaman yang pernah kita alami sendiri. Terutama jika kita pernah bertemu langsung dengan pahlawan veteran, maka kita bisa mengambil pengalaman tersebut sebagai inspirasi penulisan puisi.
Untukmu Pahlawan Indonesiaku
Demi negri…
Engkau korbankan waktumu
Demi bangsa…
Rela kau taruhkan nyawamu
Maut menghadang di depan
Kau bilang itu hiburan
Tampak raut wajahmu
Tak segelintir rasa takut
Semangat membara di jiwamu
Taklukkan mereka penghalang negri
Hari-hari mu di warnai
Pembunuhan dan pembantaian
Dan dihiasi Bunga-bunga api
Mengalir sungai darah di sekitarmu
Bahkan tak jarang mata air darah itu
Yang muncul dari tubuhmu
Namun tak dapat…
Runtuhkan tebing semangat juangmu
Bambu runcing yang setia menemanimu
Kaki telanjang yang tak beralas
Pakaian dengan seribu wangian
Basah di badan keringpun di badan
Yang kini menghantarkan indonesia
Kedalam istana kemerdekaan
Puisi buat Pahlawan Indonesia
Kau korbankan jiwamu
Demi sang bangsa
Rela kau pertaruhkan nyawamu
Maut yang menghadang di medan tempur
kau bilang itu hanyalah hiburanNampak jelas raut wajahmu
Tak segelintirpun rasa takut
Semangat membara di dalam jiwamu
Taklukkan mereka penjajah negeriHarimu yang berwarna merah membara
Pembunuhan, pembantaian yang dihiasi bunga api
Mengalirkan sungai darah di hadapanmu
Bahkan saat mata air darah itu
Mengalir dari tubuhmu
Namun tak dapat runtuhkan benteng semangat juangmuBambu runcing yang selalu setia menemanimu
Kaki telanjang penuh luka
Pakaian lesuh dengan seribu wangi
Basah badanmu kering badanmu
Kini menghantarkan bangsa ini
Kedalam kemerdekaan yang hakiki
Puisi Pahlawan Pendek dan Singkat
Cara terbaik lainnya dalam menulis puisi sendiri ialah dengan banyak membaca puisi dengan tema sejenis. Dengan begini, kita tidak perlu memiliki pengalaman bertemu langsung dengan pahlawan agar dapat menulis puisi tentangnya. Carilah contoh puisi tentang pahlawan di internet atau buku-buku puisi. Kita akan bisa mendapatkannya dengan mudah.
Keteguhan Sang Garuda
Kau terlahir dari sebuah gagasan
Prinsip yang telah menjadikanmu sebagai lambang
Bersumber dari perjuangan seluruh rakyat
Berhembuskan nafas kemerdekaan
Di tubuhmu terukir simbol yang penuh makna
Terdiri atas banyaknya harapan
Tersisip akan impian
Hingga menjadikanmu gagah dan mulia
Sorot pandangmu yang tajam
Tubuh yang tegap dan tegar
Mencerminkan rakyat negerimu
Serta kuatnya semangat yang menopangnya
Pahlawanku, Kan Ku Jaga Negeri Kita
Kau raih dengan darahmu yang tlah tumpah
Merah Putih itu kini telah berdiri gagah
Tanpa seorangpun berani mengubahPahlawanku, kan ku jaga negeri kita
Ku curahkan jiwa dan raga tuk Indonesia tercinta
Ku bangun dan ku isi kemerdekaan ini
Dengan penuh upaya meski tak seberapa
Puisi Pahlawan Ibu Kita Kartini
Mengenang Perjuanganmu Wahai Ibu Kartini
Habis gelap terbitlah terang
Kemudahan jenjang pendidikan ini
Kesetaraan antar gender ini
Kemajuan wanita masa kini
Itulah jerihmu wahai Kartini
Kebodohan yang semakin beranjak pergi
Pendidikan yang tidak mengenal kasta ini
Anak-anak perempuan yang tak bodoh lagi
Prestasi wanita yang bisa digeluti kini
Tak kan terwujud tanpa tetes peluhmu
Meski 21 April adalah harimu
Setiap perempuan mengenakan kebaya sepertimu
Kemeriahan acara memperingatimu
Namun rasanya tak cukup untuk menyanjungmu
Tapi, kau tak perlu risau
Begitu banyak Kartini sebagai penerusmu
Pejuang emansipasimu yang sesungguhnya
Untuk generasi gemilang berikutnya
Puisi tentang Pahlawan Masa Kini
Maafkan Kami, Pahlawanku
Kamilah generasi mudamu, Pahlawanku
Kamilah ujung tombak perjuangan kini
Di tangan kamilah setir nahkoda kami arahkan
Tuk berjuang diantara karam dan gelombang
Namun, maafkan kami pahlawanku
Jika dengan tangan ini terkadang kami corengkan noda
Kami habiskan masa muda ini untuk berfoya
Kami isi waktu kami dengan hal sia-sia
Di lubuk hati ini kami menangis
Ada dari kami yang menyalahi amanah
Jadi pemimpin yang kadang semena-mena
Dan memutuskan hal dengan tak adil
Kami, memang menodai jerih generasi muda lain
Mereka begitu getol berjuang untuk maju
Mereka begitu gigih menyingkir dari kenistaan
Kamipun ingin kembali dalam lintasan itu
Puisi Para Istri Pahlawan
Pesan Istri Pejuang
Suamiku…
Sudah berapa lama kita tidak berjumpa
Rumah ini terasa sepi tanpa kehadiranmu
Namun aku tak ingin pergi
Karena aku yakin kamu pasti akan kembali
Aku tahu kamu sedang berjuang untuk orang lain
Dan kamu mungkin saja akan kehilangan nyawa di sana
Namun aku tak ingin kau mati
Aku ingin kau kembali ke sini
Ke rumah tempat kita berbahagia
Aku tidak mengerti
Mungkin kau akan disebut sebagai pahlawan jika kau gugur
Yang hanya bisa ku mengerti
Kau selalu menjadi pahlawanku yang pertama
Puisi Pahlawan untuk Para Penjajah
Wahai Penjajah
Hai kamu wahai penjajah
Kamu yang merasa tinggi
Kamu semua yang mengusik kedamaian di tanah airku
Kamu semua yang hanya peduli akan bangsa sendiri
Sudah waktunya kalian pergi dari bumi pertiwiku
Pergi
Ibu pertiwi sudah tidak kuat lagi
Dia sudah tidak kuat dengan darah yang kalian tumpahkan
Tidak kuat dengan kejahatan yang kalian nampakkan
Tidak kuat dengan alam yang selalu kalian injak
Pergi
Mungkin memang kalian lebih pandai
Mungkin memang kalian bisa memakai senjata dan kendaran baja
Mungkin memang kalian bisa menciptakan tipu daya muslihat
Mungkin memang kalian penuh dengan kekejaman
Pergi
Pergilah sekarang juga
Aku tak peduli walau hanya dengan senjata dari bambu
Aku tak peduli walau hanya memakai kain lusuh
Aku tak peduli darahku tumpah ruah
Puisi Pahlawan 10 November
Tanah Tumpah Darahku
Aku tak ingin melihat bangsaku
Kalah tersungungkur oleh waktu
Aktu tak ingin melihat bangsaku
Jatuh tenggelam ke dalam kehancuran
Dengan tekad setinggi langit
Untuk tanah ini aku rela berkorban
Disaat percaya diriku menyusut
Disaat itulah semangatku semakin berkobar
Selama mentari masih menyinari dunia
Aku takkan berhenti sedetik pun
Menyelamatkan melindungi dan mempertahankan
Walaupun hingga aku menyatu dengan tanah negeriku
Bersatulah wahai penerus bangsa
Bulatkan tekadmu dan tegarlah bagai batu karang
Keraskan segala usahamu serta keraskan pula suaramu
Karena setiap usaha yang keras takkan mengkhianati
Harapanku akan selalu mengiringi
Untuk tanah negeri ini setiap hari
Aku tidak ingin lagi
Melihat ibu pertiwi tersiksa hati
Puisi Tentang Pahlawan Indonesia
Marsinah, Surga Untukmu
Marsinah
Siapa itu Marsinah?
Apakah sosok dengan paras cantik jelita, serta bibir yang merah karena gincu?
Apakah sosok perempuan yang membawa perubahan dalam cerita dongeng?
Ataukah seseorang yang hanya fiksi dan khayalan diciptakan kaum sastra?
Oh Marsinah, seorang buruh pabrik bayaran ! merakit jaring laba-laba pada tembok bernama pengharapan
Menata tumpukan jerami, memintal benang, apa yang kau katakan benar Marsinah
Bahwa waktu tak pernah kompromi !
Dengarlah sebuah nyanyian sunyi
Saling melebur melawan para penguasa kongkalingkong
Kau Marsinah bukanlah artis penjual berita ! tapi mengapa mereka pandai membuat berita tentangmu?
Katanya kau adalah buruh perempuan bercerita kesedihan
Dan katanya kau adalah perempuan penuh darah dan air mata
Hingga menodai tubuhmu yang lemah itu
Tangan mu terbiasa memegang kerikil tajam yang siap menghunus nadimu
Tapi kau bisa apa Marsinah?
Tak ingatkah kau hanya seorang buruh pabrik bayaran?
Tapi aku tak peduli tentang siapa dirimu
Yang ku tahu kau adalah perempuan pembela rakyat kecil sepertiku
Tapi mengapa Kebenaranmu membawa petaka untukmu?
Andai kau tetap hidup, aku akan bercerita tentang keadaan Negeriku yang carut marut
Tentang bagaimana alam sudah bosan dengan manusia
Dia yang berujung kematian
Dia yang tak pernah terlupakan !
Yang hingga saat ini belum menuai keadilan
Marsinah…
Damai bersamamu
Sepucuk Puisi Untuk Pahlawan Negeriku
Demi Negeri..
Demi bangsa tercinta..
Dan demi jiwa juga yang rindu akan kebebasan berdemokrasi
Kemerdekaan abadi namun tak berarti
Rela kau taruhkan nyawa hingga maut menghadang di depan mata
Tapi mengapa? Kau bilang itu sebagai hiburan !
Raut wajah kusam mu tak ada segelintir pun rasa takut
Oh Pahlawanku ..
Hari harimu kau habiskan dengan pembunuhan, pembantaian
Sampai bunga api menghias sisi gelapmu
Bahkan tak jarang darah membasahi tubuh kurusmu
Kaki telanjang menghantarkanmu pada lawan yang harus dibunuh
Namun, semua itu tidak dapat runtuhkan kobaran semangat juang
Bambu runcing sebagai senjatamu
Doa sebagai benteng pertahananmu
Dan Tuhan sebagai kawan dalam kemenangan
Lalu surga sebagai tempat peristirahatanmu
Bunga, ku letakkan di atas tempat damaimu sebagai lambang suci perjuangan
Karena perjuanganmu…
Aku mampu menulis bait-bait puisi indah meski terkadang terpenjarakan
Taukah kau pahlawanku..
bunga tumbuh bermekaran setiap tahun dan akan layu pada waktunya
yah.. bahwa hidup akan selalu ada masa nya
namun tidak dengan perjuangan
ia akan tetap tumbuh
ia akan tetap hidup
meski raga terlepas dalam jiwa
ia akan tetap ada !
jadi.. tak perlu meraung untuk membuktikan bahwa itu ada
selamat jalan Pahlawanku
salam untuk Tuhan Maha Pengasih
Bung Karno; Berilah Aku Pemuda
ei.. Bung Karno !
Aku bersimpuh di atas makammu
Bertanya perihal tentang Indonesia kini
Hei .. Bung Karno !
Katamu berilah pemuda niscaya akan kau getarkan semeru
Hei bung karno pemuda saat ini hanya menang gengsi
Bagaimana bisa menghancurkan dunia dengan bijak?
“Maka berilah aku orang tua” katamu
Hei Bung Karno …
kini orang tua hanya mampu bersedih melihat anaknya bermain dunia
Hei Bung Karno
Nyeyakkah kau tidur dalam abadimu?
Maafkan daku yang mengganggu peristirahatanmu
Aku hanya ingin bercerita; bahwa pemuda tidak sama berjalannya waktu
Hei Bung Karno
Aku bersimpuh pada makammu
Tebarkan kembang kasih yang letih
Hei Bung Karno
Ku tanyakan lagi padamu; nyenyakkah tidur dalam abadimu?
Inikah yang disebut nyanyian kecewa?
Hei Bung karno
Aku bersimpuh pada makammu
Ku katakan padamu “maaf aku menangis dalam tidur abadimu”
Namun aku tak bisa berdusta
Ku katakan apa adanya padamu
Hei Bung Karno
Nyeyakkah tidur dalam keabadianmu?
Bilakah mimpi itu akan nyata?
Kartini, Srikandi Indonesia
ahai Kartini yang ku sebut dengan Srikandi
Perempuan hebat dan tangguh
Memegang busur anak panah di tangan kanan
Dan pedang di tangan kiri yang siap menebas jantung musuh hingga tak berdetak
Lahir di Jepara, tanah berkumpulnya para sang pujangga
Untuk Sang Srikandi Pejuang Kaum Perempuan
Untuk Sang Kartini Pembela Hak-hak yang sempat terabaikan
abir kecantikan menghias wajahmu yang tak lekang oleh zaman
Kecerdasan di balik keayuanmu menjadi semangat perjuanganmu
Wahai kartini..
Perempuan kau jadikan mahkota kehidupan
Bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama
Bukankah begitu katamu?
Tapi kartini kini perempuan banyak meratapi diri
Aku dipaksa kawin
Aku dipaksa tersenyum
Kata-kataku di bungkam
Bahwa perempuan tidak layak untuk berdemokarasi
Jadi hari ini aku menjadi seorang Liberal
Aku tak peduli lagi akan dosa
Perempuan sibuk dengan gadgetnya
Oh Kartini..
Siapa yang salah?
Takdir atau Tuhan?
Atau mereka para penguasa kooporat?
Seorang budak hendaknya sadar diri, siapa aku
Kartini …
Aku hanya perempuan biasa
Yang berdoa kepada Tuhan
Agar emak dan bapakku selalu dalam lindunganNya
Tanah Muda
Merah oleh darah
Menjadi lautan api yang tak terbendung
Setiap genjatan senjata
Terdengar rintihan para pejuang kemerdekaan
Rintihan air mata tak mampu dihentikan
Langkah kaki hewan pun sudah tak terdengar
Apa yang sebenarnya terjadi pada negeriku?
Aku kehilangan saudara
Mama bapak juga hilang
Bagaimana aku bertahan hidup mak?
Yang kupunya hanyalah Tuhan Yang Maha Esa
Bahwa tidak ada yang abadi di dunia
Setiap peluru akan diluncurkan
Bersama desingan bom atom terbuat dari besi
Aku siap mati demi bangsaku pak !
Karena di sini adalah tanah muda
Tak sudi aku hidup bersenang senang
Sedangkan ibu pertiwi dalam keadaan menangis
Katakan padaku siapa yang mampu membendung air matanya?
Jika tidak bukan diriku, dirimu atau mereka !
Memar di dada seharga negeriku
Akan ku bangun istana termegah
Untuk pahlawan bangsaku
Esok, ku bangkitkan muda-mudi Soekarno
Semangat juang tak seharusnya luntur
Mereka bisa saja memadamkan kobaran semangat
Namun tidak akan bisa redup api suci pada langit senja di tanah anarki
Seperti bunga mekar dari kuncupnya
Agar kau lihat tak lagi ada budak di dalam negeri
Itu harapku !
Ku katakan padamu
Apabila telah mati jiwa pahlawan pada anak muda
Maka bersiaplah mendengar rintihan tanah airku
Malam Terjaga
usampirkan gundahku pada malam
Gelap tanpa cahaya bintang
Bulan enggan menengok apa yang sebenarnya terjadi
Sebelum mereka melihatnya ku habiskan rindu sebelum asa memutus
Sebelum fajar menyingsing
Tombakku telah lebih dahulu siagap
Mereka dan langkahku
Siap menyergap siapa saja yang menghalau
Ku menangis duka oleh pesanmu yang bersemayam
Pada ragaku
Diujung hidupku tak sudi ku berbagi tawa dengan caramu
Lidahku lebih memilih bisu
Mataku memilih buta
Bukan hina nafasku untuk pertiwi
Apa jadinya Nona jika ku mati di medan perang?
Masihkah kau setia padaku?
Masihkah kau mencintai negeriku?
Aku tak mengharap lebih dan aku tak memaksakan kehendakmu !
Karena bagaimanapun aku sangat mencintai bangsaku
Pahlawan sejati ialah yang rela berkorban demi apapun !
Jadi temani aku di setiap langkah
Di ujung senja akan ada sebuah kemenangan
Yang kusebut dengan; kemerdekaan
Siapa saja yang merusaknya
Bersiaplah akan ku bunuh setiap jiwa pengecut !
Hingga tak berdetak
Pahlawanku Aksara
Berhenti bukan berarti untuk mati
Maju untuk berperang bukan berarti untuk menyiksa diri
Tak harap tepuk tangan lakon sandiwara
Yang berdiam diri menunggu kisah selanjutnya
Keringat, darah, dan air mata tidak bisa dibeli
Oleh mutiara di dasar laut sepi
Tetesan air matanya dengan lantang mengalir ke hilir
Menuju tempat terindah di muka bumi
Yang tak lain adalah nirvana
Sampaikan pesan dan Ilahi “bahwa ku kan kembali’
Tak harap belas kasih
Tak butuh juga kisah klasik tentang sandiwara sedih
Pahlawan pada akhirnya menjemput janji
Di ujung tombak pada kematian
Istana dan selir selir duduk manis menanti
Di singgasana terbuat dari emas
Kemenangan di jalan Sang Maha Besar
Kini tak terbendung lagi
Gugur bunga
Mati satu
Tumbuh seribu
Tanah air jaya sakti
Puisi Pahlawan Tentang Ibu dan Ayah
Ramon
Untuk mengingatmu Bu
Ku panggil engkau dengan Ramona
Tak perlu ku baca gugur bunga tanaman
Melihat usiamu yang kian meranggas
Di setiap helai rambut putih mu
Dan pada angka kalender yang kugantungkan didinding kamarku
Yang jatuh di kelopak matamu
Aku teringat kenangan Bu
Saat malam, ku bersujud dalam gerimis
Pada setiap air mata perempuan yang jatuh
Menggadaikan setiap mimpi mimpinya
Di samudera tanpa peta dan arah
Tanpa jaminan apapun
Untuk kembali pada yang namanya menganak-pinakan
Mimpi yang akan di tebus oleh perempuan dengan air mata
Tapi ya sudahlah
Barangkali aku tak akan mengingat semua itu
Siapa yang peduli? Terangku
Bu saat ini aku sedang merantau
Doakan anakmu agar mampu membahagiakanmu
Rindu bau bumbu masakanmu Bu
Adalah aroma surga yang pernah ku kenal
Aku ingin kau mengusap rambutku
Dan berpura-pura tidur dalam pangkuanmu
Tapi
Malam kini menghajarku dengan rindu
Dan mengganti kesepianku
Dan ku tulis wajahmu di sebidang kanvas puisi pahlawan
Lalu waktu dengan sangat tidak sopan merampas semua
Pada usiaku yang beranjak dewasa
Bu usia memang bukan sebuah patokan
Banyak orang yang sudah berumur
Namun pikirannya masih seperti anak kecil
Sebaliknya Bu, banyak orang yang belum cukup umur
Tapi pemikirannya begitu mengguncang dunia
Dari rahimmu yang suci Bu
Lalu setiap janin diberangkatkan
Oleh kesakitan yang sama
Bersama tangis
Bersama darah
Maka lahirlah sebuah kebahagiaan
Yang kau sebut “Anakku”
Puisi tentang Pahlawan Wanita
Kartini
Kartini….
Duhai ibu para kaum wanita
Yang memperjuangkan dengan segenap jiwa
Semangatmu tak pernah patah
Tubuhmu tak pernah lelah
Demi kaum lemah yang saat itu dijajah
Ibu Kartini….
Paras mu sungguh menawan
Hingga memikat banyak bangsawan
Namun kau selalu dermawan
Jika tak sesuai, kau berani melawan
Ibu, kau sangat berjasa
Bagi semua wanita di Indonesia
Jasamu tak akan pernah terlupa
Kau lah pejuang kaum wanita
Perjuangan Sang Dewi
Dalam kegelapan kau hadir dengan sebuah sinar
Dalam ketakutan kau berikan sebuah ketenangan
Kau lah para pejuang untuk kami semua
Indah namamu duhai dewi sartika
Kau berikan segala motivasi
Di kala jiwa dan raga kami hampir mati
Kau bertekad kuat bak ombak di lautan
Dengan semangatmu kau selalu siap untuk mempertahankan
Semangatmu dalam memperjuangkan
Tak bisa dihiraukan
Kau sangat teguh wahai ibu
Akan semua perjuanganmu
Hingga kapan pun itu
Kami tak akan melupakanmu
Sungguh perjuangan sang dewi
Membuat tersayat hati
Mengangkat semua derajat kami
Kaum kami yang saat itu selalu tersakiti
Sekali, lagi terimakasih perjuangan sang dewi
Cut Nyak Dien
Kata siapa kaum wanita lemah
Lihat saja ia yang tak pernah lelah
Akan semua yang ia perjuangan
Demi sebuah kemerdekaan
Semangat juang yang berapi-api
Tak kalah dengan tenaga laki-laki
Fikirannya yang selalu tertata rapi
Membuat semua orang menghormati
kau lah wanita hebat
dengan jiwa dan raga yang kuat
dan kini kau telah tiada
kau meninggalkan duka untuk Indonesia
kami yakin kau tenang di sana
jasa dan pengorbananmu tak akan kami lupa
atas semua yang kau berikan
demi suatu kemerdekaan
Puisi Pahlawan Menyemangati Jiwa
Di Balik Seruan Pahlawan
Kabut…
Dalam kenangan pergolakan pertiwi
Mendung…
Bertandakah hujan deras
Membanjiri rasa yang haus kemerdekaan
Dia yang semua yang ada menunggu keputusan Sakral
Serbu…
Merdeka atau mati Allahu Akbar
Titahmu terdengar kian merasuk dalam jiwa
Dalam serbuan bambu runcing menyatu
Engkau teruskan Menyebut Ayat-ayat suci
Engkau teriakkan semangat juang demi negri
Engkau relakan terkasih menahan tepaan belati
Untuk ibu pertiwi
Kini kau lihat…
Merah hitam tanah kelahiranmu
Pertumpahan darah para penjajah keji
Gemelutmu tak kunjung sia
Lindunganya selalu di hatimu
Untuk kemerdekaan Indonesia Abadi
(Puisi Karya Zshara Aurora)
Pengorbanan
Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan jauh entah kemana
Bagaikan pungguk merindukan bulan
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan
Pagi yang menjadi malam
Bulan yang menjadi tahun
Sekian lama telah menanti
Dirinya tak jua lepas
Andai aku sang Ksatria
Aku pasti menyelamatkanya
Namun semua hanya mimpi
Dirinyalah yang harus berusaha
Untuk membawa pergi dari kegelapan abadi
(Puisi Karya Siti Halimah)
Pahlawanku
Pahlawanku…
Bagaimana Ku bisa
Membalas Jasa-jasamu
Yang telah kau berikan untuk bumi pertiwi
Haruskah aku turun ke medan perang
Haruskah aku mandi berlumuran darah
Haruskah aku tersusuk pisau belati penjajah
Aku tak tahu cara untuk membalas Jasa-jasamu
Engkau relakan nyawamu
Demi suatu kemerdekaan yang mungkin
Tak bisa kau raih dengan tanganmu sendiri
Pahlawanku engkaulah bunga bangsa
(Puisi Karya Rezha Hidayat)
Indonesiaku Kini
Negaraku cinta indonesia
Nasibmu kini menderita
Rakyatmu kini sengsara
Pemimpin yang tidak bijaksana
Apakah pantas memimpin negara
Yang aman sentosa
Indonesiaku tumpah darahku
Apakah belum bangun dan terjaga
Pemimpin yang kita bangga
Apakah rasa kepemimpinan itu,
Masih tersimpan di nurani
Dan tertinggal di lubuk hati
Rakyat membutuhkanmu
Seorang khalifatur Rasyidin
Yang setia dalam memimpin
Yang menyantuni fakir miskin
Mengasihi anak yatim
Kami mengharapkan pemimpin
Yang sholeh dan solehah
Menggantikan tugas Rasulullah
Seorang pemimpin Ummah
Yang bersifat Siddiq dan Fatanah
Andai aku menemukan
Seorang pemimpin dunia
Seorang pemimpin negara dan agama
Seorang pemimpin Indonesia ku tercinta
Allah maha mengetahui dan yang mengetahuinya
(Puisi Karya Awaliya Nur Ramadhana)
Bintaro
Seabadkah pesonamu dulu
Murkakah landasan nuranimu
Kau tampar senyuman manisku
Dan kau dengungkan pesona indah nadamu
Bintaro
Belum cukupkah kau tinju kami
Belum puaskah kau tertawakan kami
Atau ini hanya sandiwara cerita petinggimu
Bintaro
berjuta jiwa hilang dalam gerammu
Berjuta jiwa menangis dalam penakmu..
Hendra
Jejak-Jejak Pejuang
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Semerbak harum dalam deretan syair pujangga
Bercerita indah akan kisah perjuangan
Sang pahlawan dalam membela bangsa
Meregang nyawa di medan peperangan
Raga berlubang tertembus peluru tajam
Meski tersungkur tergeletak di tanah
Kau tetap hidup dalam sanubari anak bangsa
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Menapak jelas menembus zaman
Kini kaupun mampu menyaksikan dari surga
Bangsamu bersatu padu dalam semangat membela
Serdadu Tak dikenal
Kau ambil seragam lusuh di bilik kamarmu
Kau kenakan dengan sangat rapi
Meski dirimu kini tak dikenal
Namun semangat juangmu terasa hingga menembus batas zaman
Kau siapkan senapan dengan peluru tajam
Dengan gagah kau maju di barisan depan
Menjadi biduk dalam strategi perang
Tak jarang dirimu menjadi umpan kemenangan
Dengan gagah berani kau merangsek manju ke barisan depan
Hingga tak kau sadari sebuah peluru tajam menerjang
Meski kau tak dikenal
Perjuanganmu takkan akmi lupakan
Kerinduan Pertiwi
Ibu pertiwi kini berlinangan air mata
Menyaksikan hasil perjuangan yang tak terperi
Diinjak-injak oleh generasi terkini
Siapa hati yang tak pilu karenanya
Tanah airmu mengering
Tak lagi terbasahi darah perjuanganmu
Yang dahulu meresap ke dalam tanah airmu
Kini gersang tak berkehidupan
Kau saksikan negerimu kini
Mengaduh keluh kesah tak terperi
Menanti perjuanganmu kembali
Wahai pahlawan sejati
Pahlawan yang Hilang
Dimana lagi kan kutemukan keberanianmu
Dimana lagi kan kutemukan pekik teriak semangatmu
Dimala lagi ku temukan sosok sepertimu
Wahai pahlawan
Beribu hari telah kulalui
Jutaan hari telah kuhitung dengan jemari
Namun tak mampu jua kutemukan
Sosok pahlawan sejati
Kumeniti jalanan penuh onak dan duri
Menyusuri gurun pasir yang kering kerontang
Dimanakah kan kutemui lagi
Sosok sepertimu wahai pahlawanku
Satu Kata Merdeka
Suara derap langkah sepatu besar terdengar hingga seantaro medan perang
Kau berbegas maju menghardik musuh dengan garang
Sepucuk pistol kau bidikkan ke arah lawan
Hingga musuh tumbang tak mampu lagi bertolak pinggang
Kau fokuskan kedua matamu pada musuh
Dengan sigap kau arahkan lagi pistolmu ke arah tentara penjajah
Namun sayang, desiran granat meledak dahsyat
tepat di depan langkahmu terakhirmu
sang pahlawan terguncang degan dahsyat
tubuh tercabik berlumuran darah merah
wajahmu hampir-hampir tak lagi dapat dikenali
disaat terakhirmu kau bisikkan satu kata terindah yakni “merdeka”
Kenangan di Saat Perang
Saat-saat memilukan pada masa perang itu
Para penjuang gigih bertempur di medan laga
Desingan peluru terngiang-ngiang ditelinga
Hingga mampu menghentakkan jiwa-jiwa yang lemah
Saat-saat menegangkan ketika perang itu
Para serdadu di garis depan berlari
Menenteng senapan dan bambu runcing
Mencoba berjuang merebut asa
Saat-saat genderang perang ditabuhkan
Para tentara rakyat merangsek maju melawan penjajah
Dentuman ledakan tak lagi dihiraukan
Demi satu kata yang diperjuangkan, “merdeka”
Sepenggal Kisah Pejuang
Saat kisah-kisah perjuangan
Serta cerita heroik penuh patrotis diperdengarkan
Oleh lisan-lisan para veteran perang
Saat itu pula hati terbakar seolah ingin ikut berjuang
Ketika legenda-legenda tentang penjajah
Serta kekejaman dalam penjajahan diperdengarkan
Oleh lisan-lisan para veteran perang
Saat itu pula hati membenci dengan segala perasaan tak rela
Cerita tentang para pejuang
Melawan para penjajah
Membekas di hati dan membangkitkan rasa di hati
Akan kecintaan kepada negeri
Pahlawan yang Terbuang
Dari negeri seberang aku manyapamu
Di tanah pengasingan aku terbuang
Seorang pejuang perang yang terasingkan
Dalam deru debu peperangan kemerdekaan
Duhai saudaraku sebangsa di tanah air
Aku menyapamu dalam dekapan cinta
Serta rasa bangga dan semangat perjuangan
Meski kini daku berada di pengasingan
Mungkin saja akhir hidupku hanyalah berada pada hitungan detik saja
Mati membusuk di pengasingan ini
Kutitipkan semangat juang ini
Kepada mu kawan di medan peran
Pahlawan dari Masa Lalu
Kulihat dari kejauhan
Kibaran panji-panji merah putih menyapa
Seolah mengajak diri untuk ikut berjuang
Namun apalah daya raga tak mengizinkan
Teringat akan sebuah pengalaman masa lalu
Pada saat diri ini berlari ke garis depan
Mengangkat senjata menghardik lawan
Hingga kaki tertembak peluru tajam
Peperangan di masa lalu
Kini membuatku duduk lemah tak berdaya
Menyaksikan rekan sedang berjuang
Tersisa sudah rasa bangga dalam ketidakberdayaan
Antara Keadilan dan Ketidakadilan
Desingan peluru saling beradu
Dentuman suara meriam saling menyahut
Ledakan dari kejauhan menggelegar keras
Menandakan adanya pertarungan dahsyat
Pertarungan dahsyat yang kini terjadi
Antara keadilan dan ketidakadilan
Siapakah yang menjadi pemenangnya
Tak ada yang tahu hingga hasil pertarungan diketahui
Para pejuang kemerdekaan serta penjajah bangsa menjadi aktor utamanya
Sebuah bendera berkibar dengan gagahnya sebagai pertanda kemenagan
Bendera dengan warna merah dan putih
Pertanda kemenangan bangsa Indonesia ini
Bambu Runcing yang Terhunus
Bambu runcing tegak menantang kedzaliman
Menantang meriam besar penuh kesombongan
Keangkuhan akan kekuatan
Lagi-lagi mencoba merampas sebuah kebebasan
Bambu runcing terhunus menagih darah
Darah siapakah gerangan yang akan memuaskannya
Pucuk tajam itu sangat ingin menumpas
Segala kedzaliman dan angkara murka para penjajah
Bambu runcing dengan tegak menantang kulit putih
Bersenjatakan bedil dan meriam besar
Namun ternyata mampu terkalahkan oleh sebilah bambu
Yang terlahir dari semangat keadilan dan persatuan
Kemerdekaan ini
Karya: Rayhandi
Kemerdekaan ini adalah usaha
Usaha tanpa menyerah para pahlawan
Kemerdekaan ini adalah keringat
Yang setia mencucur ruah hingga habis
Kemerdekaan ini adalah lelah
Lelah yang setia menghantu
Kemerdekaan ini adalah darah
Karena berjuta ton darah raib untuk kemerdekaan, tergadai
Kemerdekaan ini adalah nyawa
Karena di indonesia ini beratus ratus tahun silam nyawa melayang
Semuanya untuk indonesia
Semuanya untuk senyum anak indonesia
Semuanya untuk masa depan indonesia yang lebih cerah.
Terbanglah Indonesia
Karya: Rayhandi
Terbanglah indonesia
Terbang ke langit bebas
Gapai bintang hingga jauh melambung
Tunjukkan pada dunia merah putihmu
Terbanglah indonesia
Takkan ada yang bisa mengikatmu
Juga mengurungmu
Kita bukan jangkrik di dalam kotak
Kita bebas merdeka
Terbanglah indonesia
Terbanglah kemana kau ingin terbang
Lihatlah kemana kau ingin lihat
Cintailah apa yang kau ingini
Kebebasan bersandar di raga kita
Karena kita merdeka
Terbanglah indonesia
Dunia harus tahu indonesia bangsa yang hebat
Bangsa yang menghargai perdamaian
Tapi bukan berarti bisa diam jika kebebasan kita di renggut
Takkan kita biarkan hak kita di injak injak.
Terbanglah indonesia
Di ujung samudera kedamaian kita memuncah
Berdiri di atas gunung
Kita jaga laut kita kita jaga bumi kita
Takkan kita biarkan indonesia hancur kembali
Karena indonesia sudah merdeka di tahun empat lima.
Bambu Runcing
Karya: Rayhandi
Di ujung bambu tajam menyikat
Mengoyak musuh hingga ampun
Di bilah tajam sakit mencekat
Siap siaga menelan musuh
Ujung bambu jadi saksi
Hitam rasa menyakit
Mengusir iblis dengan nyawa
Tanpa takut tanpa gentar
Rasa cinta tanah air
Menyatu di darah merah
Mengakar di tulang putih
Menguasai nafas
Mereka berjuang hingga raib
Bercerai dengan raga
Untuk bumi garuda
Untuk indonesia raya
Mereka mati dengan hormat
Memperjuangkan secerut kebebasan
Yang terenggut durjana
Untuk satu kemerdekaan.
Hari ini
Karya: Rayhandi
Hari ini kita berdiri di depan cermin
Memandang rupa hingga busana
Memandang diri yang takjub
Dengan lihai kita berlenggok
Hari ini lihatlah wajah wajah kita
Keras tanpa urat malu
Bagai tembok beton
Terpancar dengan bangga
Hari ini kita berdiri
Di bumi hitam begam
Di air biru jernih
Di udara putih bersih
Tapi tahukah dikau?
Bumi yang kita pijak adalah keringat para pahlawan
Mereka berjuang untuk tanah yang kita pijak dan untuk air yang kita minum
Hingga saat ini
Kita bisa terbang tanpa terkurung
Bisa berteriak tapa bekapan
Itu semua karena jasanya.
Pahlawanku, Senjata Usangmu Lahirkan Militer Canggih
Bambu Runcingmu dulu, kini menjadi rudal
Pedang usangmu kini jadi torpedo handal
Ketapelmu, kini amunisi tuk jadikan musuh terpental
Sepeda usangmu, kini jadi tank di jalanan aspal
Pahlawanku, ini bukan kebetulan
Bukan pula kepiawaian tangan ilmuan
Apalagi sekedar buah kemajuan jaman
Inilah bagian dari perjuanganmu pahlawan
Berbanggalah, kini Indonesia semakin maju
Tak kan ada musuh yang berani melaju
Terlebih merebut kemenanganmu
Mengenang Perjuangan Pahlawanku
Kami bisa nikmati kemerdekaan ini
Kami mampu menyaksikan kedamaian di seluruh penjuru negeri
Kami dapat menggapai cita dan asa kami
Kami begitu sadar inilah buah perjuanganmu
Pahlawan kami, kami bangga meski kau tiada
Kemerdekaan yang kami nikmati ini
Pendidikan memadai yang kami enyam kini
Fasilitas dan teknologi canggih ini
Ada bukan karena kami, tapi ini karena kalian
Kami heningkan cipta untuk jerih payahmu
Tak ada yang bisa kami persembahkan
Kecuali sebatas upaya
Tuk lanjutkan asamu yang tinggi menjulang
PUISI PAHLAWAN MENYENTUH JIWA
Kepada Pahlawan Negeriku
Tanah airku
Seakan hancur bak kepingan tulang belulan
Berserakan tak berbentuk
Peluh jatuh seolah darar mengalir sekujur raga
Meski kini keringat bercucuran menjadi penyejuk hati
Rela juangku bagi Bumi Pertiwi
Mempertahankan kibaran sang saka maha berani
Merah putih tanpa noda
Menatap kibarannya hingga jatuh setitik demi setitik air mata
Tak lupa sepenggal doa penuh makna terpanjatkan
Kepada pahlawan negeri ini
Tak kenal mundur
Berpijak dalam kabut berdebu pasir
Kasih sayang tak terhingga untuk kalian pejuang bangsa
Berkat jasamu kini ku bisa lihat
Berkat semangat juangmu kini ku kenang
Walau ragamu hancur terkubur tanah serta terurai zaman
Demi darah yang kau tumpahkan
Tulang patahmu akibat perlawanan
Aku pun anak bangsa
Akan memperjuangkan negeri ku Indonesia
Meski dengan cara berbeda
Kumpulan Puisi Pahlawan Singkat
PAHLAWAN
Karya: NN
Di tengah jeritan dan siksaan
Hidup dalam kukungan dan ketakutan
Di bawah telunjuk-telunjuk pemaksaan
Kau Hadir…
Dengan jiwa membawa tuk merebut bangsa
Teriknya matahari, tak mampu membakar semangatmu
Dinginnya malam, tak mampu bekukan tekadmu
Meski musuh layangkan pedang
Dalam serbuan berjuta orang
Kau terus berjuang dalam medan pertempuran
Berlari merebut pertiwi, meraih mimpi untuk merdeka
Kau tak pernah merintih
Menahan perih dan letih
Bermandikan keringat, teteskan darah
Hingga ajal menjemput raga
Kini…
Kau telah pergi, jaman pun silih berganti
Namun.. namau akan selalu mewangi
Mengisi lemba-lembar sejarah
BAMBU RUNCING
Karya: NN
Mengapa engkau bawa padaku
Moncong bayonet dan sangkur terhunus
Padahal aku hanya ingin merdeka
Dan membiarkan Nyiur-nyiur derita
Musnah di tepian langit
Karena kau memaksaku
Bertahan atau mati
Dengan mengirim ratusan Bom
Yang engkau ledakkan di kepalaku
Aku terpaksa membela diri
Pesawat militermu jatuh
Di tusuk bambu runcingku
Semangat perdukaanmu runtuh
Kandas di Batu-batu cadas
Kota Surabaya yang panas
PAHLAWANKU, INILAH JANJIKU
Karya: NN
Aku tak pernah tahu
siapakah dirimu
apakah pekerjaanmu kala itu
yang aku tahu
sejarah telah menaburi dirimu
dengan bunga-bunga yang mengharumkan namamu
Pahlawanku,
perjuanganmu dalam memperjuangkan kemerdekaan
mempertahankan harga diri bangsa
yang bertahun-tahun lamanya
diinjak-injak bangsa kolonialis
telah menggugah semangat di dalam dadaku
menghadirkan rasa nasionalisme yang sama
dengan yang engkau miliki kala itu
kini, kuberjanji
akan meneruskan perjuanganmu, pahlawanku
berfikir demi kemajuan bangsa
melangkah demi terwujudnya Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
berkarya demi kemanusiaan
bertindak demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Itulah janjiku, wahai pahlawanku
DONGENG PERJUANGAN
Karya: NN
Aku tidak melihat akan keadaan
Aku tak mendengar akan amarah
Bahkan tangisan seolah sebuah dongeng
Cerita dari kakek yang pilu
Perlahan wajah keriput itupun tersenyum
Membelai lembut kepalaku sambil bercerita
Dua manusia berbeda latar belakang
Yang tidak sederajat dan hanya terikat tali kebebasan
Sebuah harapan yang berawal dari impian
Hingga berakhir menjadi kenyataan
Pahlawan yang terlahir dari perjuangan
Pahlawan terpisahkan oleh sebutir peluru
Takkan ada kekecewaan pahlawanku
Takkan ada yang perlu disesali
Kau akan merasakan sejuknya angin kebebasan
Dan aku hanya bisa beristirahat di sini
PEMUDA UNTUK PERUBAHAN
Karya: Ananda Rezky Wibowo
Indonesiaku menangis
Bahkan Tercabik-cabik
Dengan hebatnya pengusaanya sang korupsi
Tak peduli rakyat menangis
Kesejahteraan jadi Angan-angan
Keadilan hanyalah Khayalan
Kemerdekaan telah terjajah
Yang tinggal hanya kebodohan
Indonesiaku, Indonesia kita bersama
Jangan hanya tinggal diam kawan
Mari kita bersatu ambil peranan
Sebagai pemuda untuk perubahan
JIWA YANG GUGUR
Karya: Rayhandi
Jiwa jiwa yang gugur
Jasad jasad berserakan di bumi indonesia
Darah menjadi biru hitam jeritan
Rasa takut menyatu dengan hati.
Jiwa jiwa yang gugur
Kini mereka suci di janah
Menjadi tamu allah
Mereka tersenyum di sana
Tersenyum untuk indonesia yang semakin dan menderita.
Jiwa jiwa yang gugur
Tidak tahukah kau jumlah roh yang terpisah dengan jasad?
Beratus bahkan beribu jiwa menjadi almarhum.
Jiwa jiwa yang gugur
Mereka gugur untuk satu nama
Mereka berkorban untuk satu nama
Mereka menangis untuk satu nama
Indonesia….indonesia!
KARENAMU PAHLAWANKU
karya: Rayhandi
Karenamu pahlawanku
Sekarang aku bisa hidup tenang
Tanpa kerja rodi romusa
Tanpa jerit takut rakyat tertembak.
Karenamu pahlawanku
Sekarang bumi kami damai
Air dan tanah menjadi kekayaan pertiwi
Bukan eropa bukan juga belanda.
Karenamu pahlawanku
Aku hidup di jaman merdeka
Setiap badan memiliki hak sama.
Karenamu pahlawanku
Hingga hari ini aku bisa menulis puisi dan sepucuk doa
Doa untuk roh roh suci kalian
Yang berjuang atas darah dan tulang.
PAHLAWAN TAK DIKENAL
Karya: Toto Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda.
Pencarian terkait:
- puisi pahlawan 4 bait
- puisi pahlawan 2 bait
- puisi tentang pahlawan karya chairil anwar
- puisi pahlawan 3 bait
- puisi pahlawan 5 bait
- puisi pahlawan 10 bait
- puisi pahlawan 10 november
- puisi tentang pahlawan yang berjasa